Thursday, 11 March 2010 | |
BERAKHIRNYA DULMATIN: Kapolri Jenderal Pol Bambang Hendarso Danuri menunjukkan foto tersangka teroris Dulmatin di Markas Besar Polri, Jakarta, kemarin. JAKARTA (SI) - Mabes Polri bergerak cepat.Setelah menembak mati Dulmatin alias Yahya Ibrahim di Pamulang,Kota Tangerang Selatan,Banten, Selasa lalu (9/3),polisi kini langsung memburu Umar Patek. Kapolri Jenderal Polisi Bambang Hendarso Danuri mengungkapkan, anggota Densus 88/Antiteror Mabes Polri sudah beberapa hari terakhir mengintai lokasi persembunyian teroris baru.Aktivitas tersebut bahkan sudah dilaporkan kepada Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). “Saat ini anak-anak saya (anggota Densus 88) tengah berada di suatu tempat melakukan sesuatu. Mudah-mudahan dapat sesuatu dalam waktu dekat. Ada sesuatu yang besar sedang kita nantikan dari pengejaran pelaku teror,”ujar Kapolri di Markas Komando Brimob Kelapa Dua kemarin. Kapolri tidak menyebut langsung nama Umar Patek sebagai target perburuan pascatewasnya Dulmatin, salah satu tokoh teroris yang paling berpengaruh di wilayah Asia Tenggara.Namun dalam jumpa pers di Mabes Polri kemarin, Kapolri sempat memperlihatkan foto jenazah dan foto berwarna mengenai profil buronan yang dirilis Pemerintah Filipina. Dalam foto yang bertuliskan “Terrorist-Murderer”tersebut,terdapat foto profil Umar Patek dan Dulmatin. Untuk sekadar diketahui, kedua orang itu masuk dalam daftar pencarian orang (DPO) Pemerintah Filipina, Indonesia, dan Amerika Serikat (AS). Bahkan, untuk bisa menangkap keduanya,Pemerintah AS mengeluarkan sayembara, siapa pun yang berhasil menangkap Dulmatin dan Umar Patek alias Mike akan mendapatkan hadiah masing-masing USD10 juta (Rp93 miliar) dan USD1 juta (Rp9,3 miliar). Sayangnya, foto tersebut tidak diperlihatkan dan langsung disimpan. ”Masih ada satu lagi,tapi yang ini jangan dulu, masih menjadi target kami,” jelas Kapolri. Sementara tersangka teroris yang tewas di Ruko Multiplus, Jalan Siliwangi No 6 Pamulang, Kota Tangerang Selatan, dipastikan Dulmatin yang juga memiliki nama alias Mansyur, Joko Pitono, dan beberapa nama lain.Kepastian teroris tersebut Dulmatin untuk kali pertama disampaikan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dalam jamuan makan siang yang digelar PM Australia Kevin Rudd di Gedung Parlemen Australia di Canberra kemarin. “Saya dapat berita dari Tanah Air bahwa setelah Indonesia melumpuhkan tokoh teroris Dr Azahari dan Noordin M Top yang mengganggu Asia Tenggara, alhamdulilah polisi Indonesia telah melumpuhkan satu tokoh teroris Asia Tenggara lainnya,Dulmatin,dalam sebuah operasi polisi di Jakarta,” kata Presiden yang disambut tepuk tangan hadirin. Kapolri menjelaskan, kepastian nama Dulmatin berasal dari olah tempat kejadian perkara (TKP) dan pemeriksaan terhadap DNA dengan tingkat kekeliruan 1 :100.000 triliun.Menurutnya, bisa dipertanggungjawabkan secara profesional bahwa tersangka teroris yang tewas adalah Dulmatin. Berdasarkan keterangan Ali Imron, tersangka teroris yang divonis seumur hidup dalam kasus bom Bali I, dipastikan pula bahwa korban tewas itu adalah Dulmatin. “Pengakuan juga disampaikan Ali Imron yang sudah divonis seumur hidup. Dia memberikan penjelasan bahwa dia bersama-sama dengan Dulmatin merakit bom untuk bom Bali I,”ujar Kapolri. Kepala Pusat Dokter dan Kesehatan (Kapusdokkes) Mabes Polri Brigadir Jenderal Polisi Mussadeq Ishak membenarkan, dari hasil identifikasi jenazah dengan metode identifikasi internasional, yaitu Interpol Disaster Victim Indentification (DVI) Procedure–– yang di dalamnya termasuk identifikasi tanda-tanda fisik berupa tahi lalat di bawah bibir sebelah kanan, alis mata, dan bentuk dagu––, dipastikan bahwa teroris yang tewas adalah Dulmatin. Untuk memastikan hal itu, Polri juga melakukan pemeriksaan DNA dan mencocokkan dengan DNA sang ibu Hj Masniati, 68, dan anak, Ali Usman, 12. Hasilnya, disimpulkan jenazah nomor 001 match 100% dengan profil DNA yang ada di database Polri dengan keakuratan mendekati 100% atau tingkat kesalahan 1:100.000 triliun, yaitu Dulmatin. Adapun dua tersangka teroris lain yang tewas dalam penggerebekan di Gang Asem,Pamulang diketahui bernama Ridwan dan Hasan Noer. Keduanya adalah pengawal Dulmatin. Selain itu, polisi berhasil menangkap hiduphidup dua pengawal Dulmatin lainnya,yakni BR alias AH serta SB alias I.Keduanya saat ini berada di Mako Brimob,Kelapa Dua, Depok untuk menjalani pemeriksaan secara maraton. Begitu pun Fauzi yang rumahnya dijadikan tempat penampungan teroris sedang dalam proses pemeriksaan.“Saya selaku Kapolri menyampaikan apresiasi dan terima kasih, khususnya kepada masyarakat,” jelasnya. Sementara mengenai Fauzi yang rumahnya sempat dijadikan tempat penampungan tersangka teroris, menurut Kapolri, masih dalam proses pemeriksaan.“Tidak mungkin kami jelaskan. Jadi soal dananya sedang didalami, kami telusuri dari mana ini semua,kami proses sidik,”katanya. Kapolri lebih jauh menuturkan, selain menembak mati dan menangkap para tersangka teroris, tim Densus 88 Mabes Polri juga menyita sejumlah barang, di antaranya dua lembar printed circuit board (PCB) dan tiga remote delay bomb yang sudah siap serta lima lembar rangkaian bom yang juga telah disiapkan. ”Ditemukan remoteuntuk pelaksanaan bom jarak jauh,”ujarnya. Polisi juga menemukan slip penerimaan dan penukaran uang berbentuk mata uang peso Filipina pada 2003,kartu identitas KTP,slip penukaran di money changer di Menteng, Jakarta Pusat, sejumlah uang, ponsel, serta dokumen imigrasi berupa paspor atas nama yang bersangkutan yang dikeluarkan Kantor Imigrasi Jakarta Timur. Polri juga menyita notebook, handycam, senjata api revolver kaliber 38,FN, sejumlah amunisi dengan jumlah yang cukup banyak, serta SIM card yang dibeli di Aceh. ”Khusus pistol revolver kaliber 38 bukan buatan sini, peluru juga khusus bukan buatan sini. Senjata api berikutnya FN juga bukan buatan sini dengan jumlah peluru yang cukup banyak, dengan satu selongsong yang kosong sudah digunakan mereka,”kata Kapolri. Penggerebekan teroris di Pamulang merupakan pengembangan pengejaran teroris di Aceh.Menurut Kapolri,Dulmatin yang juga disebut-sebut sebagai ahli pembuat bom selain Dr Azahari berperan sebagai orang yang mempersiapkan pelatihan militer,membeli persenjataan dan amunisi, serta mendanai kegiatan militer karena sudah mendapatkan aliran dana senilai Rp500 juta. Hanya dari mana dana tersebut diperoleh serta persiapan dan strategi apa yang sedang dirancang Dulmatin, Kapolri tidak bersedia mengungkapkan lebih jauh. Dia hanya memastikan, dari informasi yang diperoleh intelijen, teroris yang diidentifikasi dari Jamaah Islamiyah (JI) akan menggunakan Nanggroe Aceh Darussalam (NAD) sebagai tempat pelatihan kelompok teroris di Indonesia. Kegiatan tersebut dilakukan sejak Februari 2010 lalu hingga kemudian terbongkar karena laporan masyarakat tentang adanya latihan dengan menggunakan senjata di wilayah Aceh Besar, tepatnya di Pegunungan Jalin Jantho. Seperti diketahui, polisi telah melakukan penggerebekan di tempat tersebut,yang mengakibatkan tiga anggota Polri, yaitu Brigadir Anumerta Boas Woisiri, Brigadir Anumerta Darmansyah, dan Brigadir Anumerta Srihendra Kusuma Malau, tewas tertembak. Jenazah ketiganya baru ditemukan dan dievakuasi dari medan pertempuran beberapa hari kemudian. Dari rangkaian operasi yang dilakukan hingga kemarin, total tersangka teroris yang berhasil ditangkap serta yang tewas berjumlah 30 orang. Di antaranya adalah Sapta Adi bin Robert Bakri alias Ismet Hakiki alias Syaelendra,40, yang terlibat dalam aksi bom di Kedubes Australia 2004 silam. Tersangka merupakan lulusan asal Pandeglang, Banten, dan merupakan lulusan Mindanao,Filipina. Ada pula nama Yudi Zulfahri alias Bara,27, warga Aceh Besar yang merupakan pemuda asal Aceh pertama yang direkrut dan mengikuti pelatihan; Zaki Rahmatullah alias Abu Jahid asal Pandeglang, Masykur Rahmat bin Mahmud,21, dari Aceh Jaya yang sempat tertembak pada kakinya saat terjadi penggerebekan; Surya alias Abu Semak Belukar (Aceh); Azam alias Imanudin (Aceh); Heru, tersngka dari Lampung kelahiran Wonogiri; dan Muchtar asal Tanah Abang,Jakarta Pusat. Polisi juga menangkap Agus Kasdianto alias Hasan alias Nasim (Depok); Deni Suhendra alias Faris (Karawang); Adi Munadi (Bandung), Laode Afif alias Adit alias Abu Hazwa (Rawamangun); Deni Sulaiman alias Sule (Lampung); Adam alias Ade (Pandeglang); Sofyan Tsauri (Depok) yang pernah mendirikan sekolah untuk pelatihan menembak di Depok beberapa tahun lalu dan diidentifikasi sebagai pemasok senjata. Selain itu tertangkap pula Sutrisno, Tatan, Abdi, Iwan Suka Abdullah yang tewas dalam penggerebekan di Aceh Besar dan Marzuki alias Tengku yang juga ditemukan tewas tertembak asal Aceh. Dari tangan para tersangka teroris, Polri menyita sembilan pucuk senjata api dari berbagai lokasi terdiri dari tiga M16,senapan laras panjang AK 56 dan AK58, AK 47 pistol FN dan revolver,granat asap, belasan ribu peluru atau amunisi dari berbagai kaliber untuk AK dan M16. Termasuk sejumlah perlengkapan seperti baju-baju loreng,perlengkapan militer. Apresiasi Wakil Presiden (Wapres) Boediono memberikan apresiasinya kepada Polri yang berhasil melumpuhkan Dulmatin. Dalam keterangan persnya Wapres juga mengajak masyarakat Indonesia untuk membantu kepolisian memberantas kegiatan terorisme di Tanah Air. “Saya menghimbau masyarakat supaya memberikan dukungan penuh kepada Polri dalam mengungkapkan tugas mulia kita ini untuk mengamankan negara kita dari teroris,” ujar Wapres saat menyampaikan keterangan persnya di Istana Wapres Jakarta. Sebelum memberikan keterangan, Boediono menerima Kapolri Jenderal Pol Bambang Hendarso Danuri dan Wakapolri Komjen Polisi Yusuf Manggabarani. Sekitar pukul 12.20 WIB Kapolri tiba di Istana Wapres dan langsung diterima Boediono yang saat itu sedang memimpin rapat terbatas soal kemiskinan. Wapres menerima Kapolri hampir selama 20 menit di ruang kerjanya. Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) juga menyampaikan penghargaan atas keberhasilan Polri menangani pelaku teroris bersenjata di Tanah Air. Ketua PBNU Ahmad Bagdja menandaskan, NU terus mendorong upaya penghilangan akar terorisme di tingkat nasional maupun global. ”Rasa keadilan, tegaknya hukum, peningkatan kesejahteraan adalah pendekatan yang dalam jangka panjang dapat mengatasi terorisme di dalam negeri,” katanya. Namun PBNU juga mengingatkan bahwa penanganan terorisme tidak bisa dilakukan hanya dengan pendekatan keamanan.Pasalnya, pendekatan keamanan akan menimbulkan kekerasan baru dan korban yang terus berjatuhan. (sucipto/ a fajrihidayat / rarasati syarief/nurul huda) Sumber : http://www.seputar-indonesia.com |